Rabu, 18 September 2013

Keadaan Ruh Setelah Terpisah dari Badan

Al-Barra bin Azib radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
“Kami keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengurusi jenazah seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar. Lantas kami sampai di kuburan yang belum digali. Lalu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dan kami pun duduk di sekeliling beliau seakan-akan kepala kami dihinggapi burung.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Mohonlah kalian perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari siksa kubur.’ (sebanyak dua kali atau tiga kali).
Kemudian beliau bersabda lagi, ‘Sesungguhnya seorang hamba yang beriman jika terpisah dari dunia dan menuju ke akhirat, niscaya dia didatangi malaikat dari langit yang wajahnya putih bagaikan mentari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga, lalu duduk di dekatnya. Selanjutnya datanglah malaikat maut dan duduk di samping kepalanya. Malaikat maut itu berkata, ‘Wahai jiwa yang baik! Keluarlah menuju ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ridha-Nya.’ Lantas nyawanya pun keluar dan mengalir sebagaimana mengalirnya tetesan air dari wadahnya. Ketika malaikat mengambil nyawanya, maka dia tidak membiarkan nyawa tersebut berada di tangannya sekejap mata pun, melainkan mereka meletakkannya di dalam kafan dan wewangian tersebut. Dan dari nyawanya tersebut muncul keharuman bagaikan misk (kasturi) terharum yang ada di muka bumi.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan kisahnya, ‘Kemudian mereka membawa nyawa tersebut naik. Mereka tidak melewati sekelompok malaikat melainkan mereka berkata, ‘Ruh siapakah yang wangi ini?’ Mereka menjawab, ‘Ruh fulan bin fulan,’ dengan menyebut nama terbaik sebagaimana dia bisa dipanggil di dunia. Sehingga para malaikat yang membawa nyawa tersebut sampai di langit dunia, lalu mereka meminta agar dibukakan pintu nyawa tersebut. Kemudian dibukakan pintu untuknya. Selanjutnya malaikat muqarrabun dari masing-masing langit mengantarkannya sampai ke langit berikutnya sehingga sampai ke langit ketujuh. Lantas Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Tulislah buku catatan amal hambaku ini di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi, ke tanah sebagaimana dahulu Aku menciptakan mereka dari tanah, dan dari sanalah Aku akan mengeluarkan mereka pada waktu yang lain’.’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam masih melanjutkan kisahnya,
‘Selanjutnya ruhnya dikembalikan pada jasadnya, lalu dia didatangi dua malaikat, lalu keduanya mendudukkannya dan bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Dia menjawab, ‘Rabbku adalah AllahSubhanahu wa Ta’ala.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Dia menjawab, “Agamaku Islam.’ Keduanya melanjutkan, ‘Siapakah lelaki yang diutus untuk kalian ini?’ Dia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Apa yang menyebabkanmu mengetahuinya?’ Dia menjawab, ‘Saya membaca kiatb Allah, lalu saya beriman kepadanya dan membenarkannya.’ Lantas di langit ada yang mengumandangkan, ‘Hambaku benar. Hamparkanlah untuknya permadani dari surga, berilah dia pakaian dari surga dan bukakan untuknya pintu ke arah surga, lalu didatangkan padanya angin dan semerbak keharuman surga. Kemudian kuburnya dilapangkan sebatas mata memandang. Selanjutnya dia didatangi sesosok yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum baunya. Ia berkata, ‘Bergembiralah engkau dengan sesuatu yang membuatmu gembira. Ini adalah harimu yang telah dijanjikan untukmu.’ Lantas dia bertanya kepadanya, ‘Kamu ini siapa?’ Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kebaikan.’ Dia menjawab, ‘Saya adalah amal kebajikanmu.’ Lalu dia berkata, ‘Ya Rabbi! Datangkanlah hari kiamat sehingga saya dapat kembali pada keluargaku dan hartaku’.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan kisahnya,
‘Sesungguhnya hamba yang kafir apabila terpisah dari dunia dan menuju akhirat, maka turun kepadanya malaikat dari langit yang wajahnya hitam. Mereka membawa pakaian yang kasar, lalu mereka duduk di dekatnya. Selanjutnya malaikat maut datang hingga duduk di samping kepalanya, lalu dia berkata, ‘Wahai jiwa yang buruk! Keluarlah menuju murka dan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’ Lalu jiwanya terpisah-pisah di dalam jasadnya. Selanjutnya malaikat mencabutnya sebagaimana mencabut besi yang digunakan membakar daging dari bulu domba yang basah. Lalu malaikat mengambil nyawanya. Ketika dia telah mengambilnya, maka dia tidak membiarkan nyawa itu berada di tangannya meskipun sekejap mata melainkan mereka menaruhnya pada pakaian yang kasar itu. Dan dari nyawa tersebut keluar bau bagaikan bau bangkai paling busuk yang ada di muka bumi. Lalu mereka membawa nyawa tersebut naik. Mereka tidak melewati sekelompok malaikat melainkan mereka berkata, ‘Ruh siapakah yang busuk ini?’ Mereka menjawab, ‘Ruh fulan bin fulan,’ dengan menyebut nama terjelek sebagaimana dia biasa disebut di dunia, sehingga dia sampai ke langit dunia. Lalu dimintakan agar dibukakan pintu untuk nyawa tersebut, tetapi tidak dibukakan pintu untuknya.
Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat berikut:
Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelumonta masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’raf: 40)
Kemudian Allah berfirman, “Tulislah buku catatan amalnya di dalam Sijjin di bumi yang paling rendah. Maka, ruhnya dilemparkan begitu saja, kemudian Allah berfirman,
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajja: 31)
Selanjutnya, ruhnya dikembalikan pada jasadnya, lalu dia didatangi dua malaikat, lalu keduanya bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Dia menjawab, ‘Aduh, aduh! Saya tidak tahu.’ Lantas keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Dia menjawab, ‘Aduh, aduh! Saya tidak tahu.’ Keduanya melanjutkan, ‘Siapakah lelaki yang diutus untuk kalian ini?’ Dia menjawab, ‘Aduh, aduh! Saya tidak tahu.’ Lantas di langit ada yang mengumandangkan, ‘Dia dusta. Hamparkanlah untuknya tempat tidur dari neraka dan bukakan untuknya pintu ke arah neraka, lalu didatangkan padanya panas neraka dan angin panas neraka. Kemudian kuburnya disempitkan sehingga tulang rusuknya menjadi bersilangan. Selanjutnya dia didatangi sesosok yang buruk wajahnya, jelek pakaiannya, dan berbau busuk. Dia berkata,  ‘Bergembiralah engkau dengan sesuatu yang menyusahkanmu. Ini adalah harimu yang telah diancamkan untukmu.’ Lantas dia bertanya kepadanya, ‘Kamu ini siapa? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan buruk.’ Dia menjawab, ‘Saya adalah amal burukmu.’ Lalu dia berkata, ‘Ya Rabbi! Jangan datangkan hari kiamat!’.”
(HR. Al-Baihaqi dengan sanad shahih).
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
»»  Selengkapnya...

Kisah Tentang Kilab bin Umaiyah dan Baktinya Kepada Orang Tua

Seorang laki-laki bernama Kilab bin Umayyah bin Askar. Dia memiliki ayah dan ibu yang sudah tua. Dia menyiapkan susu untuk keduanya tiap pagi dan petang hari. Kemudian datanglah dua orang menemui Kilab, mereka membujuknya untuk pergi berperang. Ternyata Kilab tertarik dengan ajakan tersebut, lalu dia membeli seorang hamba sahaya untuk menggantikannya mengasuh kedua orang tuanya. Setelah itu Kilab pun pergi berjihad.
Suatu malam, hamba sahaya tersebut datang dan membawa gelas jatah susu petang hari kepada ibu dan bapak Kilab, ketika keduanya sedang tidur. Dia menunggu sesaat dan tidak membangunkannya lalu pergi. Di tengah malam keduanya terbangun dalam keadaan lapar, bapak Kilab berkata,
“Dua orang telah memohon kepada Kilab dengan kitabullah. Keduanya telah bersalah dan merugi. Kamu meninggalkan bapakmu yang kedua tangannya gemetar, dan ibumu tidak bisa minum dengan nikmat. Jika merpati itu bersuara di lembah Waj karena telur-telurnya, kedunya mengingat Kilab. Dia didatangi oleh dua orang yang membujuknya. Wahai hamba-hamba Allah, sungguh keduanya telah durhaka dan merugi. Aku memanggilnya lalu dia berpaling dengan menolak. Maka dia tidak berbuat yang benar. Sesungguhnya ketika kamu mencari pahala selain dari berbakti kepadaku, hal itu seperti pencari air yang memburu fatamorgana. Apakah ada kebaikan setelah menyia-nyiakan kedua orang tua? Demi bapak Kilab, perbuatannya tidak dibenarkan.”
Jika ada orang luar Madinah yang datang ke kota Madinah, Umar bin Khatab radhiallahu ‘anhu selalu menanyakan tentang berita-berita dan keadaan mereka. Umar bertanya kepada salah seorang yang datang, “Dari mana?” Orang itu menjawab, “Dari Thaif.” Umar bertanya, “Ada berita apa?” Orang itu menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki berkata (laki-laki ini menyebut ucapan bapak Kilab di atas).” Umar menangis dan berkata, “Sungguh Kilab mengambil langkah yang keliru.”
Kemudian bapak Kilab, Umaiyah bin Askar dengan penuntunnya menemui Umar yang sedang di masjid. Dia mengatakan, “Aku dicela. Kamu telah mencelaku tiada batas, dan kamu tidak tahu penderitaan yang kurasakan. Jika kamu mencelaku, maka kembalikanlah Kilab manakala dia berangkat ke Irak. Pemuda mulia dalam kesulitan dan kemudahan, kokoh dan tangguh pada hari pertempuran. Tidak, demi bapakmu, cintaku kepadamu tidaklah usang. Begitu pula harapanku dan kerinduanku kepadamu. Seandainya kerinduan yang mendalam membelah hati, niscaya hatiku telah terbelah karena kerinduan kepadanya. Aku akan mengadukan al-Faruq (maksudnya Umar bin Khattab) kepada Tuhannya yang telah menggiring jamaah haji ke tanah berbatu hitam. Aku berdoa kepada Allah dengan berharap pahala dari-Nya di lembah Akhsyabain sampai air hujan mengalirinya. Sesungguhnya al-Faruq tidak memanggil Kilab untuk pulang kepada dua orang tua yang sedang kebingungan.”
Umar menangis, lalu beliau menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari agar memulangkan Kilab ke Madinah. Abu Musa berkata kepada Kilab, “Temuilah Amirul Mukminin Umarbin Khattab.” Kilab menjawab, “Aku tidak melakukan kesalahan, tidak pula melindungi orang yang bersalah.” Abu Musa berkata, “Pergilah!”
Kilab pulang ke Madinah. Ketika Umar bertemu dengannya, beliau mengatakan, “Sejauh mana kamu berbuat baik kepada orang tuamu?” Kilab menjawab, “Aku mementingkannya dengan mencukupi kebutuhannya. Jika aku hendak memerah susu untuknya, maka aku memilih onta betina yang paling gemuk, paling sehat dan paling banyak susunya. Aku mencuci puting susu onta itu, dan barulah aku memerah susunya lalu menghidangkannya kepada mereka.”
Umar mengutus orang untuk menjemput bapaknya. Bapak Kilab datang dengan tertatih-tatih dan menunduk. Umar bertanya kepadanya, “Apa kabarmu, wahai Abu Kilab?” Dia menjawab, “Seperti yang Anda lihat wahai Amirul Mukminin.” Umar bertanya, “Apakah kamu ada kepeluan?” Dia menjawab, “Aku ingin melihat Kilab. Aku ingin mencium dan memeluknya sebelum aku mati.” Umar menangis dan berkata, “Keinginanmu akan tercapai insya Allah.”
Kemudian Umar memerintahkan Kilab agar memerah susu onta untuk bapaknya seperti yang biasa dia lakukan. Umar menyodorkan gelas susu itu kepada bapak Kilab sambil berkata, “Minumlah ini, wahai bapak Kilab.” Ketika bapak Kilab mendekatkan gelas ke mulutnya, dia berkata, “Demi Allah, aku mencium bau kedua tangan Kilab.” Umar mengatakan, “Ini Kilab, dia ada di sini. Kami yang menyuruhnya pulang.” Bapak Kilab menangis dan Umar bersama orang-orang yang hadir juga menangis. Mereka berkata, “Wahai Kilab, temani kedua orang tuamu.” Maka Kilab tidak pernah lagi meninggalkan mereka sampai wafat.
»»  Selengkapnya...

Rabu, 11 Juli 2012

Download Film Terbaru Dengan Kualitas Terbaik

Bagi kalian yang hobby koleksi atau nonton film terbaru dengan kualitas terbaik silahkan klik link dibawah :
www.ganool.com

Dan bagi kalian yang suka film anime monggo di klik salah satu :
»»  Selengkapnya...

Senin, 09 Juli 2012

POTRET KASIH SAYANG NABI Shallallahu ‘alaihi wasallam


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh Alam, dan beliau adalah seorang Nabi yang sangat penyayang terhadap seluruh makhluk, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan kasih sayang Nabi terhadap sesama manusia, sekalipun manusia tersebut kafir dan menolak dakwah beliaushallallahu ‘alaihi wasallam,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah Anda pernah melewati (merasakan) suatu hari yang lebih berat dibandingkan hari perang Uhud?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
” Sungguh aku banyak merasakan gangguan (perlakuan jahat) dari kaummu. Dan gangguan paling berat yang datang dari mereka adalah ketika kejadian pada hari Al-Aqabah ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin ‘Abdi Kulal namun dia tidak mau memenuhi keinginanku. Lalu aku pergi dengan wajah sedih, aku tidak sadar kecuali aku telah berada di Qarnu ats-Tsa’aalib. Aku mengangkat kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang menaungiku, dan ternyata di atasnya ada Jibril ‘alaihissalam, lalu dia memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah mendengar ucapan kaummu terhadapmu dan apa bantahan mereka kepadamu. Dan Dia (Allah) telah mengutus kepadamu Malaikat penjaga gunung, untuk kamu perintahkan sesuai kehendakmu terhadap mereka. ”  Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku, lalu memberi salam kepadaku kemudian berkata, “Wahai Muhammad, apa yang kamu inginkan katakanlah. Jika kamu ingin aku akan timpakan kepada mereka dua gunung Akhsyab (niscaya akan aku lakukan).” Maka Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,  ” Tidak (aku tidak ingin itu), akan tetapi aku berharap kepada Allah bahwa akan terlahir dari tulang sulbi mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (HR. Al-Bukhari no. 3059 dan Muslim no. 4754 dan redaksi ini ada dalam Shahih al-Bukhari)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
 أن امرأة وجدت في بعض مغازي رسول الله صلى الله عليه وسلم مقتولة . فأنكر رسول الله صلى الله عليه وسلم قتل النساء والصبيان >> رواه البخاري ومسلم
” Sesungguhnya pernah ada seorang perempuan yang terbunuh pada salah satu peperangan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingkari (menolak dan tidak membenarkan) pembunuhan terhadap wanita dan anak-anak.” (HR. Al-Bukhari (2851) Muslim (4645))
Dan dalam riwayat lain,
وفي رواية لهما ( وجدت امرأة مقتولة في بعض تلك المغازي . فنهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن قتل النساء والصبيان
” Ada seorang perempuan yang terbunuh pada salah satu peperangan tersebut. Maka Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam melarang pembunuhan terhadap wanita dan anak-anak.” (HR. Al-Bukhari Muslim (4646))
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كان غلام يهودي يخدم النبي صلى الله عليه وسلم فمرض ، فأتاه النبي صلى الله عليه وسلم يعوده ، فقعد عند رأسه ، فقال له : أسلم . فنظر إلى أبيه وهو عنده ، فقال له : أطع أبا القاسم صلى الله عليه وسلم ، فأسلم ، فخرج النبي صلى الله عليه وسلم وهو يقول : الحمد لله الذي أنقذه من النار >> رواه البخاري
” Dahulu ada seorang anak Yahudi yang senantiasa melayani (membantu) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatanginya untuk menjenguknya, lalu beliau duduk di dekat kepalanya, kemudian berkata, ” Masuk Islam-lah!” Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang ada di dekatnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam).” Maka anak itu pun masuk Islam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar seraya bersabda, ” Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari Neraka.”” [Shahih Bukhari, No. 1356, 5657]
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
من قتل نفسا معاهدا لم يرح رائحة الجنة ، وإن ريحها ليوجد من مسيرة أربعين عاما . رواه البخاري
”Barang siapa yang membunuh seorang kafir Mu’ahad tidak akan mencium aroma Surga, padahal aroma Surga sungguh didapatkan dari jarak sejauh empat puluh tahun perjalanan.” (HR. al-Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
قيل : يا رسول الله ! ادع على المشركين . قال ” إني لم أبعث لعانا . وإنما بعثت رحمة “. رواه مسلم
Dikatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Doakanlah keburukan (laknatlah) atas kaum musyrikin.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ” Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, namun aku diutus sebagai rahmat (pembawa kasih sayang).” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
كنت أدعو أمي إلى الإسلام وهي مشركة . فدعوتها يوما فأسمعتني في رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أكره . فأتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا أبكي . قلت : يا رسول الله ! إني كنت أدعو أمي إلى الإسلام فتأبى علي . فدعوتها اليوم فأسمعتني فيك ما أكره . فادع الله أن يهدي أم أبي هريرة . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” اللهم ! اهد أم أبي هريرة ” فخرجت مستبشرا بدعوة نبي الله صلى الله عليه وسلم . فلما جئت فصرت إلى الباب . فإذا هو مجاف . فسمعت أمي خشف قدمي . فقالت : مكانك ! يا أبا هريرة ! وسمعت خضخضة الماء . قال فاغتسلت ولبست درعها وعجلت عن خمارها . ففتحت الباب . ثم قالت : يا أبا هريرة ! أشهد أن لا إله إلا الله ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله . قال فرجعت إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فأتيته وأنا أبكي من الفرح . قال قلت : يا رسول الله ! أبشر قد استجاب الله دعوتك وهدى أم أبي هريرة . فحمد الله وأثنى عليه وقال خيرا . قال قلت : يا رسول الله ! ادع الله أن يحببني أنا وأمي إلى عبادة المؤمنين ، ويحببهم إلينا . قال فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” اللهم ! حبب عبيدك هذا – يعني أبا هريرة – وأمه إلى عبادك المؤمنين . وحبب إليهم المؤمنين ” فما خلق مؤمن يسمع بي ، ولا يراني ، إلا أحبني .. رواه مسلم
” Dahulu aku senantiasa mengajak ibuku agar masuk Islam, saat itu dia adalah wanita musyrik. Pada suatu hari aku mengajaknya, namun dia justru memperdengarkan (berkata) kepadaku tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesuatu yang tidak aku sukai. Maka aku mendatangi Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan menangis, lalu aku berkata, ” Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku terus-menerus mengajak ibuku masuk Islam, lalu dia menolakku. Kemudian pada hari ini aku mengajaknya untuk itu, namun dia justru memperdengarkan kepadaku mengenai dirimu sesuatu yang tidak aku sukai. Maka doakanlah kepada Allah agar memberikan petunjuk kepada ibu Abu Hurairah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa: ” Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah” Kemudian aku keluar dengan perasaan gembira karena do’a Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut. Ketika sampai rumah, lalu aku melihat ke pintu ternyata aku dapati pintu rumah sedikit terbuka, sehingga ibuku mendengar langkah kedua kakiku, lalu dia berkata:” Tetaplah di tempatmu wahai Abu Hurairah.”. Lalu aku mendengar suara gemericik air. Abu Hurairah berkata:“ Ternyata dia mandi lalu mengenakan pakaian rumahnya dan bergegas memakai kerudungnya, lalu membukakan pintu. Kemudian dia berkata:” Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”. Abu Hurairah berkata:“ Aku pun kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku menemui beliau sambil menangis karena bahagia.” Kemudian aku berkata:” Wahai Rasulullah, bergembiralah, sesungguhnya Allah telah mengabulkan doa anda dan memberikan hidayah (petunjuk) kepada ibu Abu Hurairah.” Maka beliaupun memuji Allah, menyanjung-Nya dan mengucapkan kata-kata yang baik. Abu Hurairah berkata, “Aku berkata:” Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku dan ibuku dicintai oleh hamba-hamba-Nya yang beriman dan agar Allah membuat kami pun mencintai mereka.” Abu Hurairah berkata:“ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:” Ya Allah, jadikanlah kedua hambamu ini –yakni, Abu Hurairah- dan ibunya sebagai orang yang dicintai oleh hamba-hamba-Mu yang beriman dan jadikanlah keduanya mencintai orang-orang yang beriman.” Maka sejak itu tidaklah ada seorang mukmin yang tercipta dan mendengar tentang diriku atau melihatku melainkan pasti mencintaiku.” (HR. Muslim dalam Kitab Fadha’il as-Shahabah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
قدم طفيل بن عمرو الدوسي وأصحابه ، على النبي صلى الله عليه وسلم فقالوا : يا رسول الله ، إن دوسا عصت وأبت ، فادع الله عليها ، فقيل : هلكت دوس ، قال : ( اللهم اهد دوسا وأت بهم ) رواه البخاري
”Thufail bin ‘Amr ad-Dausi dan para Shahabatnya datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sesugguhnya suku Daus ingkar dan enggan (masuk Islam), maka doakanlah keburukan atas mereka.” Ada yang mengatakan, ”Celakahlah Daus.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa, ”Ya Allah berilah hidayah kepada suku Daus dan datangkanlah mereka (dalam keadaan Islam).”
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya para Shahabat berkata,
يا رسول الله ! أحرقتنا نبال ثقيف ، فادع الله عليهم . فقال : اللهم اهد ثقيفا >> رواه الترمذي بسند صحيح
”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, panah-panah Bani Tsaqif menyerang kami, doakanlah keburukan atas mereka. ”Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Ya Allah berilah hidayah kepada Bani Tsaqif.” (HR. at-Tirmidzi dengan sanad shahih)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang kasih sayang beliau terhadap manusia dan makhluk lainnya.
Sumber: Gambaran dari Kasih Sayang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,  karya Dr. Muhammad bin ‘Adnan as-Saman. Diterjemahkan oleh Abu Yusuf Sujono/Alsofwah
»»  Selengkapnya...

Sabtu, 17 Maret 2012

Permusuhan Iblis Dengan Adam

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَز وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ. قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ. قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ


11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud. 12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab  “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”. 13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina”. 14.  menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. 15. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh.” 16.  menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). 18. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya.” (QS. Al-A’raaf: 11-18)

Kisah Permusuhan Iblis dengan Adam

Allah maha kuasa terhadap keinginan-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Dia telah menciptakan Adam ‘alaihis salam dari saripati tanah. Tanah yang dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga sempurna bentuknya, lalu Allah meniupkan ruh padanya sehingga jadilah makhluk hidup yang bernyawa bernama Adllah memberinya segala macam ilmu yang membuatnya unggul atas malaikat. Maka Allah memerintahkan para malaikat penduduk langit untuk bersujud kepadanya. Semua malaikat bersujud menghormat kepada Adam ‘alaihissalam. Namun Iblis yang berada di sana tidak mau ikut bersujud dan lebih memilih durhaka terhadap perintah Allah.
Siapakah Iblis? Biarlah Allah sendiri yang menjelaskan. Allah berfirman: dia adalah dari golongan Jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya (QS. Al-Kahfi ayat 50). Jadi Iblis adalah salah satu makhluk dari kalangan Jin. Sebenarnya ada perbedaan pendapat di kalangan ulama apakah Iblis itu termasuk Malaikat atau dari kalangan bangsa Jin. Namun pendapat yang kuat adalah yang menyatakan Iblis adalah dari kalangan Jin. Karena nash (teks) dalam Al-Quran jelas mengatakan seperti itu. Lalu ulama sepakat bahwa Iblis diciptakan dari api dan menurut Mujahid seorang ahli tafsir dari kalangan tabi’inbahwa bapak moyang Jin adalah Jaan.
Mengapa Iblis tidak mau bersujud kepada Adam? Sesungguhnya ketidakmauan Iblis untuk bersujud kepada Adam ‘alaihissalam adalah karena dengki dan takabur. Hal ini jelas dari firman Allah di atas yaitu ketika Allah bertanya kepada Iblis: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis Menjawab “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dia dari tanah”.(QS. Al-A’raf 13). Dalam ayat lain Allah menyebutkan penyebab keengganan Iblis secara tegas yaitu karena ketaburannya, Allah berfirman: Ia enggan dan takabur dan ia golongan orang-orang yang kafir (QS. Al-Baqarah:34). Dalam dua ayat di atas jelas bahwa Iblis tidak mau bersujud lantaran merasa sombong alias takabur dan dia lebih memilih menjadi orang kafir dari pada menjadi orang beriman yang sami’na wa atho’na kepada perintah Allah.
Dari sinilah Akhlak buruk mulai menjelma dalam bentuk pembangkangan kepada Allah ta’ala, kesombongan yang membuat antipati untuk mengakui kelebihan orang lain, bangga dengan dosa dan menutup diri dari pemahaman.
Allah murka kepada Iblis dan Allahpun mengusirnya serta melaknatnya: “Turunlah kamu dari surga itu; tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah! Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina.” Dalam ayat yag lain dikatakan pula kepadanya: “Sesungguhnya mulai sekarang kamu terlaknat sampai hari kiamat.” Atau kalau dalam bahasa kita: “Iblis..! mulai detik ini pergi kau dari sini, kamu… Saya laknat sampai hari kiamat. Tidak boleh ada orang sombong dihadapan-Ku.”
Penolakan Iblis untuk bersujud kepada Adam ‘alahissalam terjadi karena sesuatu yang dikehendaki oleh Allah yaitu agar Adam dan istrinya kelak turun dari surga ke bumi untuk menjadi khalifah Allah yang memakmurkan bumi, Dan agar Iblis beserta keturunannya menjadi sarana penyesat manusia.
Setelah Iblis diusir dan dilaknat serta dihinakan, dia putus asa dari rahmat Allah, tidak bertobat dan memperbaiki kesalahan namun justru ingin balas dendam kepada Adam dan keturunannnya. Iblis berkata kepada Allah: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan” para ulama menafsirkan: maksud beri tangguhlah saya sampai hari kebangkitan adalah berikanlah saya kehidupan sampai hari kiamat, artinya Iblis minta supaya tidak matikan oleh Allah kecuali telah datang hari kiamat. Permintaan ini dikabulkan oleh Allah: Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh.” Maka telah menjadi keputusan Allah bahwa Iblis akan terus hidup sampai hari kiamat, sebagaimana para malaikat. Dan kelak semuanya akan mati, kecuali Allah Rabbul Alamin. Ibnul Jauzi berkata dalam kitabnya Zadul Masir: Sebenarnya Iblis minta supaya menjadi makhluk terbebas dari kematian dan menjadi orang yang abadi namun Allah Tidak mengabulkan semuanya Allah hanya mengabulkan dia bisa terus hidup sampai hari yang dimaklumi yaitu hari kiamat. Hal ini bisa semakin jelas bila dilihat dalam surat Al-Hijr 38.
Setelah dikabulkan permintaannnya, Iblis menjelaskan alasannya yaitu supaya bisa menyesatkan anak keturunan Adam dari masa ke masa, sehingga setiap anak keturunan Adam pasti mendapat godaan dari Iblis atau bala tentaranya yaitu para  dari kalangan Jin dan manusia.
Iblis berjanji di hadapan Allah bahwasannya dia akan menjerusmuskan manusia ke dalam maksiat dengan segala kemampuannya, dia akan mendatangi manusia dari arah depan, belakang, kanan dan kiri, dari atas dan bawah. Semua usaha penyesatan akan Iblis lakukan supaya anak keturuan adam tidak bersyukur kepada Allah, jauh dari shalat, tidak suka mengingat Allah, terjerumus ke dalam kesyirikan dan menjadi temannya di neraka Jahannam. Namun Iblis mengakui sendiri bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan hamba Allah yang Ikhlas, hamba-hamba yang yakin dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pelajaran dalam Kisah Permusuhan Iblis dengan Adam

  1. Iblis adalah dari kalangan Jin bukan kalangan malaikat, inilah pendapat yang paling kuat karena didukung oleh nash Al-Quran.
  2. Orang orentalis mengatakan Iblis adalah hamba Allah yang paling bertaqwa karena tidak mau sujud kepada makhluk, sehingga kita perlu mengikuti jejak Iblis. Perkataan seperti ini adalah batil karena sujud di sini adalah sujud penghormatan bukan sujud penyembahan dan Iblis menolak sujud penghormatan kepada Adam bukanlah karena keimanan namun karena ketakaburan (kesombongan).
  3. Takabur adalah pangkal segala macam dosa. Dengan takabur orang akan terhalangi untuk menerima kebenaran. Rasulullah bersabda yang namanya takabur adalah Bathrul haq wa ghomtunnas: menolak kebenaran (karena gengsi atau yang lainnya) dan meremehkan manusia.(HR Muslim). Dan yang lebih menakutkan lagi adalah ancaman Nabi, beliau bersabda: tidak akan masuk surga orang yang hatinya terdapat satu biji sawi ketakaburan (HR. Muslim)
  4. Iblis tidak akan mampu mengalahkan orang-orang yang ikhlas, yang yakin dan tawakal kepada Allah.
  5. Iblis beserta para syetan akan mudah menguasai orang-orang yang menyembahnya (berbuat syirik), orang-orang mengikuti jalan sesatnya.
  6. Sangat banyak cara Iblis dan bala tentaranya untuk menjerumuskan manusia kedalam kesesatan dan maksiat, maka seorang hamba hendaknya mempersenjatai diri dengan selalu menambah ilmu syar’i . karena orang yang paham dengan agama lebih sulit dijerumuskan oleh syetan kedalam kesesatan dan maksiat daripada orang yang bodoh yang tidak mengerti agama. Dan hendaknya pula seorang hamba selalu berdoa kepada Allah memohon perlindungan dari goadaan syetan lalu tawakkal serta ikhlas dalam beribadah hanya untuk mencari ridho Allah.
Sumber: Majalah Al-I’bar, Kisah Quran, Edisi IV.
»»  Selengkapnya...

Usaha Pencurian Jenazah Rosululloh

Sejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam , semuanya mengalami kegagalan. Sungguh Allah Subhanaahu wa Ta’ala telah menjaga Nabi-NyaShalallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal.
Ada lima usaha pencurian jenazah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang ditulis oleh penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif, Muhammad Ilyas ‘Abdul Ghani. Aku akan menyebutkannya secara ringkas:
Usaha pertama:
Di masa al-Hakim Biamrillah al-‘Ubaidiy[1], salah seorang zindiq mengusulkan kepadanya untuk menghadirkan jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ke Mesir untuk menarik perhatian manusia kepadanya sebagai pengganti Madinah, lalu memerangi penduduknya. Pada hari berikutnya, AllahTa’ala mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan para pembangkang tersebut.
Usaha kedua:
Pada masa khalifah al-Ubaidiy yang sama. Dia mengutus orang untuk tinggal di sebuah rumah dekat dengan al-Haram an-Nabawi. Kemudian ia menggali sebuah terowongan dari rumah tersebut menuju kubur Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian penduduk Madinah mendengar ada suara menyeru, memanggil-manggil di tengah-tengah mereka bahwa ‘Nabi kalian akan digali (kuburnya)’. Maka manusiapun menyelidikinya, kemudian mendapati mereka yang sedang menggali, lalu membunuh mereka. Patut juga disebutkan bahwa al-Hakim bin Ubaidillah mengaku sebagai Tuhan pada tahun 408 H.
Usaha ketiga:
Dilakukan oleh para penggali kubur dari Raja-Raja Nasrani. Hal itu dilaksanakan dengan perantara dua orang Nasrani dari Maroko. Namun Allah Ta’ala melindungi jasad Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara Panglima Nuruddin Zankiy bermimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdalam tidurnya, beliau menunjukkan dua orang berambut merah kekuning-kuningan, dan beliau bersabda: ‘Tolonglah aku, selamatkan aku dari dua orang laki-laki ini.’ Panglima Nuruddin Zanky pun terkejut bangun dari tidurnya. Kemudian dia kumpulkan para hakim, lalu mereka memberinya usul agar dia menuju Madinah. Diapun sampai di Madinah dengan membawa harta yang banyak untuk dibagikan kepada penduduk Madinah. Dia kumpulkan manusia, lalu memberi mereka hadiah setelah nama-nama mereka dicatat, dan dia tidak melihat dua orang laki-laki yang ditunjukkan Nabi dalam mimpinya. Di saat itu dia bertanya, ‘Adakah orang yang belum mengambil sesuatu dari harta shadaqah ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi, ‘Berfikirlah, ingat-ingatlah.’ Merekapun menjawab, ‘Tidak tertinggal seorangpun kecuali dua orang Maroko, keduanya adalah orang shalih, kaya dan banyak shadaqah.’ Mendengar itu dada panglima pun menjadi lapang, kemudian memerintahkan untuk memanggil keduanya. Lalu dia melihatnya persis seperti dua orang laki-laki yang dilihatnya di dalam tidurnya.
Diapun bertanya kepada keduanya, ‘Dari mana kalian berdua?’
Keduanya menjawab, ‘Jama’ah haji dari Maroko.’
‘Berkatalah jujur kepadaku,’ sergah Panglima.
Lalu keduanya ditahan kerenanya.
Panglima pun bertanya tentang rumah keduanya. Di saat dia pergi dan sampai di rumah kedunya, dia tidak mendapati selain harta dan buku-buku di rak. Pada saat dia mengangkat tikar, dia menemukan lorong yang menghantarkan ke kamar Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Manusiapun terkejut. Setelah keduanya dipukuli, keduanya mengaku sebagai penggali kubur milik raja-raja Nasrani, dan sebelum keduanya sampai di kuburan terjadi goncangan di bumi. Panglima Nuruddin Zankiy pun membunuh keduanya di Kamar Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Kemudian beliau perintahkan untuk membangun tembok disekitar Kubur yang mulia yang terbuat dari tembok timah tebal agar tidak ada seorangpun yang berani berbuat lancang lagi dengan menggunakan cara tersebut.
Usaha keempat:
Sejumlah orang-orang Nasrani mencuri dan merampok kafilah jam’ah haji. Kemudian mereka bertekad untuk menggali kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka berbicara dan terang-terangan dengan niat mereka, kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah Ta’alamenolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir al-Iskandariyah yang mengikuti mereka, kemudian menangkap mereka semuanya, kemudian menawan dan membagi-bagi mereka di negeri kaum muslimin.
Usaha kelima:
Usaha yang dilakukan dengan niat untuk menggali kubur Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma. Itu terjadi di pertengahan abad ke tujuh hijriyah. Sejumlah orang yang mencapai 40 orang laki-laki bertujuan untuk menggali kubur di malam hari, kemudian bumipun terbelah dan menelan mereka.
Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy. (AR)*
Foot Note:
[1]Pada tahun 358 H, orang-orang Rafidhah ‘Ubaidiy menguasai Mesir, mereka itu adalah satu kelompok yang mengaku  kepada Ahlul Bait. Di antara pemimpin mereka yang paling menonjol adalah al-Hakim Biamrillah yang mengaku sebagai Tuhan, dan dia mendakwahkan pendapat reinkarnasi arwah. Kekuasaan negeri itu berakhir pada tahun 568 H
»»  Selengkapnya...