Sabtu, 17 Maret 2012

Permusuhan Iblis Dengan Adam

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَز وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ. قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ. قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ. قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ


11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud. 12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab  “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”. 13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina”. 14.  menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. 15. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh.” 16.  menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). 18. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya Barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya.” (QS. Al-A’raaf: 11-18)

Kisah Permusuhan Iblis dengan Adam

Allah maha kuasa terhadap keinginan-Nya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Dia telah menciptakan Adam ‘alaihis salam dari saripati tanah. Tanah yang dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga sempurna bentuknya, lalu Allah meniupkan ruh padanya sehingga jadilah makhluk hidup yang bernyawa bernama Adllah memberinya segala macam ilmu yang membuatnya unggul atas malaikat. Maka Allah memerintahkan para malaikat penduduk langit untuk bersujud kepadanya. Semua malaikat bersujud menghormat kepada Adam ‘alaihissalam. Namun Iblis yang berada di sana tidak mau ikut bersujud dan lebih memilih durhaka terhadap perintah Allah.
Siapakah Iblis? Biarlah Allah sendiri yang menjelaskan. Allah berfirman: dia adalah dari golongan Jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya (QS. Al-Kahfi ayat 50). Jadi Iblis adalah salah satu makhluk dari kalangan Jin. Sebenarnya ada perbedaan pendapat di kalangan ulama apakah Iblis itu termasuk Malaikat atau dari kalangan bangsa Jin. Namun pendapat yang kuat adalah yang menyatakan Iblis adalah dari kalangan Jin. Karena nash (teks) dalam Al-Quran jelas mengatakan seperti itu. Lalu ulama sepakat bahwa Iblis diciptakan dari api dan menurut Mujahid seorang ahli tafsir dari kalangan tabi’inbahwa bapak moyang Jin adalah Jaan.
Mengapa Iblis tidak mau bersujud kepada Adam? Sesungguhnya ketidakmauan Iblis untuk bersujud kepada Adam ‘alaihissalam adalah karena dengki dan takabur. Hal ini jelas dari firman Allah di atas yaitu ketika Allah bertanya kepada Iblis: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis Menjawab “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dia dari tanah”.(QS. Al-A’raf 13). Dalam ayat lain Allah menyebutkan penyebab keengganan Iblis secara tegas yaitu karena ketaburannya, Allah berfirman: Ia enggan dan takabur dan ia golongan orang-orang yang kafir (QS. Al-Baqarah:34). Dalam dua ayat di atas jelas bahwa Iblis tidak mau bersujud lantaran merasa sombong alias takabur dan dia lebih memilih menjadi orang kafir dari pada menjadi orang beriman yang sami’na wa atho’na kepada perintah Allah.
Dari sinilah Akhlak buruk mulai menjelma dalam bentuk pembangkangan kepada Allah ta’ala, kesombongan yang membuat antipati untuk mengakui kelebihan orang lain, bangga dengan dosa dan menutup diri dari pemahaman.
Allah murka kepada Iblis dan Allahpun mengusirnya serta melaknatnya: “Turunlah kamu dari surga itu; tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah! Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina.” Dalam ayat yag lain dikatakan pula kepadanya: “Sesungguhnya mulai sekarang kamu terlaknat sampai hari kiamat.” Atau kalau dalam bahasa kita: “Iblis..! mulai detik ini pergi kau dari sini, kamu… Saya laknat sampai hari kiamat. Tidak boleh ada orang sombong dihadapan-Ku.”
Penolakan Iblis untuk bersujud kepada Adam ‘alahissalam terjadi karena sesuatu yang dikehendaki oleh Allah yaitu agar Adam dan istrinya kelak turun dari surga ke bumi untuk menjadi khalifah Allah yang memakmurkan bumi, Dan agar Iblis beserta keturunannya menjadi sarana penyesat manusia.
Setelah Iblis diusir dan dilaknat serta dihinakan, dia putus asa dari rahmat Allah, tidak bertobat dan memperbaiki kesalahan namun justru ingin balas dendam kepada Adam dan keturunannnya. Iblis berkata kepada Allah: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan” para ulama menafsirkan: maksud beri tangguhlah saya sampai hari kebangkitan adalah berikanlah saya kehidupan sampai hari kiamat, artinya Iblis minta supaya tidak matikan oleh Allah kecuali telah datang hari kiamat. Permintaan ini dikabulkan oleh Allah: Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh.” Maka telah menjadi keputusan Allah bahwa Iblis akan terus hidup sampai hari kiamat, sebagaimana para malaikat. Dan kelak semuanya akan mati, kecuali Allah Rabbul Alamin. Ibnul Jauzi berkata dalam kitabnya Zadul Masir: Sebenarnya Iblis minta supaya menjadi makhluk terbebas dari kematian dan menjadi orang yang abadi namun Allah Tidak mengabulkan semuanya Allah hanya mengabulkan dia bisa terus hidup sampai hari yang dimaklumi yaitu hari kiamat. Hal ini bisa semakin jelas bila dilihat dalam surat Al-Hijr 38.
Setelah dikabulkan permintaannnya, Iblis menjelaskan alasannya yaitu supaya bisa menyesatkan anak keturunan Adam dari masa ke masa, sehingga setiap anak keturunan Adam pasti mendapat godaan dari Iblis atau bala tentaranya yaitu para  dari kalangan Jin dan manusia.
Iblis berjanji di hadapan Allah bahwasannya dia akan menjerusmuskan manusia ke dalam maksiat dengan segala kemampuannya, dia akan mendatangi manusia dari arah depan, belakang, kanan dan kiri, dari atas dan bawah. Semua usaha penyesatan akan Iblis lakukan supaya anak keturuan adam tidak bersyukur kepada Allah, jauh dari shalat, tidak suka mengingat Allah, terjerumus ke dalam kesyirikan dan menjadi temannya di neraka Jahannam. Namun Iblis mengakui sendiri bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan hamba Allah yang Ikhlas, hamba-hamba yang yakin dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pelajaran dalam Kisah Permusuhan Iblis dengan Adam

  1. Iblis adalah dari kalangan Jin bukan kalangan malaikat, inilah pendapat yang paling kuat karena didukung oleh nash Al-Quran.
  2. Orang orentalis mengatakan Iblis adalah hamba Allah yang paling bertaqwa karena tidak mau sujud kepada makhluk, sehingga kita perlu mengikuti jejak Iblis. Perkataan seperti ini adalah batil karena sujud di sini adalah sujud penghormatan bukan sujud penyembahan dan Iblis menolak sujud penghormatan kepada Adam bukanlah karena keimanan namun karena ketakaburan (kesombongan).
  3. Takabur adalah pangkal segala macam dosa. Dengan takabur orang akan terhalangi untuk menerima kebenaran. Rasulullah bersabda yang namanya takabur adalah Bathrul haq wa ghomtunnas: menolak kebenaran (karena gengsi atau yang lainnya) dan meremehkan manusia.(HR Muslim). Dan yang lebih menakutkan lagi adalah ancaman Nabi, beliau bersabda: tidak akan masuk surga orang yang hatinya terdapat satu biji sawi ketakaburan (HR. Muslim)
  4. Iblis tidak akan mampu mengalahkan orang-orang yang ikhlas, yang yakin dan tawakal kepada Allah.
  5. Iblis beserta para syetan akan mudah menguasai orang-orang yang menyembahnya (berbuat syirik), orang-orang mengikuti jalan sesatnya.
  6. Sangat banyak cara Iblis dan bala tentaranya untuk menjerumuskan manusia kedalam kesesatan dan maksiat, maka seorang hamba hendaknya mempersenjatai diri dengan selalu menambah ilmu syar’i . karena orang yang paham dengan agama lebih sulit dijerumuskan oleh syetan kedalam kesesatan dan maksiat daripada orang yang bodoh yang tidak mengerti agama. Dan hendaknya pula seorang hamba selalu berdoa kepada Allah memohon perlindungan dari goadaan syetan lalu tawakkal serta ikhlas dalam beribadah hanya untuk mencari ridho Allah.
Sumber: Majalah Al-I’bar, Kisah Quran, Edisi IV.
»»  Selengkapnya...

Usaha Pencurian Jenazah Rosululloh

Sejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam , semuanya mengalami kegagalan. Sungguh Allah Subhanaahu wa Ta’ala telah menjaga Nabi-NyaShalallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal.
Ada lima usaha pencurian jenazah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang ditulis oleh penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif, Muhammad Ilyas ‘Abdul Ghani. Aku akan menyebutkannya secara ringkas:
Usaha pertama:
Di masa al-Hakim Biamrillah al-‘Ubaidiy[1], salah seorang zindiq mengusulkan kepadanya untuk menghadirkan jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ke Mesir untuk menarik perhatian manusia kepadanya sebagai pengganti Madinah, lalu memerangi penduduknya. Pada hari berikutnya, AllahTa’ala mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan para pembangkang tersebut.
Usaha kedua:
Pada masa khalifah al-Ubaidiy yang sama. Dia mengutus orang untuk tinggal di sebuah rumah dekat dengan al-Haram an-Nabawi. Kemudian ia menggali sebuah terowongan dari rumah tersebut menuju kubur Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian penduduk Madinah mendengar ada suara menyeru, memanggil-manggil di tengah-tengah mereka bahwa ‘Nabi kalian akan digali (kuburnya)’. Maka manusiapun menyelidikinya, kemudian mendapati mereka yang sedang menggali, lalu membunuh mereka. Patut juga disebutkan bahwa al-Hakim bin Ubaidillah mengaku sebagai Tuhan pada tahun 408 H.
Usaha ketiga:
Dilakukan oleh para penggali kubur dari Raja-Raja Nasrani. Hal itu dilaksanakan dengan perantara dua orang Nasrani dari Maroko. Namun Allah Ta’ala melindungi jasad Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara Panglima Nuruddin Zankiy bermimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdalam tidurnya, beliau menunjukkan dua orang berambut merah kekuning-kuningan, dan beliau bersabda: ‘Tolonglah aku, selamatkan aku dari dua orang laki-laki ini.’ Panglima Nuruddin Zanky pun terkejut bangun dari tidurnya. Kemudian dia kumpulkan para hakim, lalu mereka memberinya usul agar dia menuju Madinah. Diapun sampai di Madinah dengan membawa harta yang banyak untuk dibagikan kepada penduduk Madinah. Dia kumpulkan manusia, lalu memberi mereka hadiah setelah nama-nama mereka dicatat, dan dia tidak melihat dua orang laki-laki yang ditunjukkan Nabi dalam mimpinya. Di saat itu dia bertanya, ‘Adakah orang yang belum mengambil sesuatu dari harta shadaqah ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi, ‘Berfikirlah, ingat-ingatlah.’ Merekapun menjawab, ‘Tidak tertinggal seorangpun kecuali dua orang Maroko, keduanya adalah orang shalih, kaya dan banyak shadaqah.’ Mendengar itu dada panglima pun menjadi lapang, kemudian memerintahkan untuk memanggil keduanya. Lalu dia melihatnya persis seperti dua orang laki-laki yang dilihatnya di dalam tidurnya.
Diapun bertanya kepada keduanya, ‘Dari mana kalian berdua?’
Keduanya menjawab, ‘Jama’ah haji dari Maroko.’
‘Berkatalah jujur kepadaku,’ sergah Panglima.
Lalu keduanya ditahan kerenanya.
Panglima pun bertanya tentang rumah keduanya. Di saat dia pergi dan sampai di rumah kedunya, dia tidak mendapati selain harta dan buku-buku di rak. Pada saat dia mengangkat tikar, dia menemukan lorong yang menghantarkan ke kamar Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Manusiapun terkejut. Setelah keduanya dipukuli, keduanya mengaku sebagai penggali kubur milik raja-raja Nasrani, dan sebelum keduanya sampai di kuburan terjadi goncangan di bumi. Panglima Nuruddin Zankiy pun membunuh keduanya di Kamar Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Kemudian beliau perintahkan untuk membangun tembok disekitar Kubur yang mulia yang terbuat dari tembok timah tebal agar tidak ada seorangpun yang berani berbuat lancang lagi dengan menggunakan cara tersebut.
Usaha keempat:
Sejumlah orang-orang Nasrani mencuri dan merampok kafilah jam’ah haji. Kemudian mereka bertekad untuk menggali kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka berbicara dan terang-terangan dengan niat mereka, kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah Ta’alamenolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir al-Iskandariyah yang mengikuti mereka, kemudian menangkap mereka semuanya, kemudian menawan dan membagi-bagi mereka di negeri kaum muslimin.
Usaha kelima:
Usaha yang dilakukan dengan niat untuk menggali kubur Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma. Itu terjadi di pertengahan abad ke tujuh hijriyah. Sejumlah orang yang mencapai 40 orang laki-laki bertujuan untuk menggali kubur di malam hari, kemudian bumipun terbelah dan menelan mereka.
Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy. (AR)*
Foot Note:
[1]Pada tahun 358 H, orang-orang Rafidhah ‘Ubaidiy menguasai Mesir, mereka itu adalah satu kelompok yang mengaku  kepada Ahlul Bait. Di antara pemimpin mereka yang paling menonjol adalah al-Hakim Biamrillah yang mengaku sebagai Tuhan, dan dia mendakwahkan pendapat reinkarnasi arwah. Kekuasaan negeri itu berakhir pada tahun 568 H
»»  Selengkapnya...

Terbunuhnya Jin ‘Uzza

أَخْبَرَنَا عَلِي بْنِ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَثَنَا بْن فُضَيْلٍ قَالَ حَدَثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ جميعٍ عَنْ أَبِي الطُفَيْلِ قَالَ : لمَاَّ فَتَحَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَّ مَكَّةَ بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ إِلَى نخَلْةَ ٍوَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ وَكَانَتْ عَلَى ثَلَاثِ سَمُرَاتٍ فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ عَلَيْهَا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا فَرَجَعَ خَالِدٌ فَلَمَّا أَبْصَرَتْ بِهِ السدنة وَهُمْ حجبتها أَمْعَنُوْا فِي الْجَبَلِ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ يَا عُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ فَإِذَا هِيَ امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ ناَشِرَةُ شَعْرِهَا تَحْتَفِنُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا فَعَمَمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ تِلْكَ العُزَّى
Dari Abu Al-Thufail, beliau bercerita, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al Walid ke daerah Nakhlah, tempat keberadaan berhala ‘Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi ‘Uzza, dan ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samurah. Khalid pun lantas menebang ketiga buah pohon tersebut. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Khalid pun menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Khalid menghadap Nabishallallahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, ‘Kembalilah karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya kembali. Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka menatap ke arah gunung yang ada di dekat lokasi sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza. Wahai ‘Uzza.” Khalid akhirnya mendatangi puncak gunung, ternyata ‘Uzza itu berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya. Dia ketika itu sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, “Nah, itu baru ‘Uzza.” (HR. An-Nasa’I, Sunan Kubro no. 11547, jilid 6 hal. 474, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut, cetakan pertama 1411 H.).

Banyak pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah di atas. Di antara bentuk dakwah adalah mengubah kemungkaran dengan tangan semisal dengan merusak simbol-simbol kemusyrikan dan paganisme. Kewenangan merusak tempat-tempat kemaksiatan dan kemusyrikan dengan senjata tajam adalah kewenangan penguasa yang memiliki otoritas dan kekuasan, bukan kewenangan rakyat sipil. Dalam kisah di atas kita jumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selaku penguasa menugasi Khalid bin Al-Walid untuk menghancurkan pusat kemaksiatan yang paling maksiat yaitu tempat kemusyrikan. Oleh karena itu, tindakan sebagian rakyat sipil yang kecemburuan dengan agamanya -namun sayang kurang terbimbing ajaran Islam yang benar- yang melakukan berbagai aksi kekerasan dengan senjata untuk menghancurkan berbagai tempat-tempat kemaksiatan adalah tindakan yang kurang tepat. Tentu tidaklah tepat menyamakan tindakan tersebut dengan tindakan Khalid bin Al-Walid di atas. Khalid memang mendapatkan mandat dan kewenangan dari penguasa –dalam hal ini adalah Nabi- untuk menghancurkan pusat kemaksiatan. Hal ini tentu berbeda dengan rakyat sipil.
Kisah di atas juga menunjukkan bahwa di antara tugas dan kewajiban seorang penguasa muslim adalah menghancurkan tempat dan pusat-pusat kemaksiatan, bukan malah melindunginya, terlebih lagi jika tempat tersebut adalah tempat kemaksiatan yang paling besar. Itulah kemusyrikan, sebuah dosa besar yang paling besar yang tidak akan Allah ampuni siapa saja yang mati dengan membawa dosa tersebut. Inilah di antara tugas dan kewajiban penguasa. Setiap penguasa muslim pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada hari Kiamat. Apakah anda telah melaksanakan tugas anda untuk menghancurkan tempat-tempat kemaksiatan dan pusat-pusat kemusyrikan ataukah anda malah melindungi dan melestarikan tempat-tempat tersebut. Jawaban apakah yang telah anda siapkan, wahai para penguasa. Moga Allah memberi kami dan anda taufik untuk melakukan apa yang dicintai dan diridhai oleh-Nya.
Sungguh indah realita yang diceritakan oleh Imam Syafii,

عَنْ طَاوُسٍ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ تُبْنَى القُبُوْرُ أَوْ تُجصَصُ (قَالَ الشََّافِعِيُّ) وَقَدْ رَأَيْتُ مِن الْوُلَاةِ مَنْ يَهْدِمُ بِمَكَّةَ مَا يُبْنَى فِيْهَا فَلَمْ أَرَ الْفُقَهَاءَ يُعِيْبُوْنَ ذَلِكَ
“Dari Thawus, sesungguhnya Rasulullah melarang membuat bangunan di atas kubur dan melarang mengapur kubur. Imam Syafii mengatakan, “Sungguh aku melihat sebagian penguasa yang menghancurkan bangunan yang dibangun di atas kubur di Mekah. Aku tidak melihat adanya ulama yang mencela tindakan para penguasa tersebut.” (Al-Ummu , Imam Syafii, jilid 1, hal. 316).
Kisah di atas menunjukkan bahwa setelah kaum muslimin memegang kekuasaan di suatu daerah dan penduduk daerah tersebut pun masuk Islam sebagaimana penduduk Mekah paska penaklukan kota Mekah, maka simbol-simbol kemusyrikan yang ada di daerah tersebut seharusnya dihancurkan, bukan malah dilestarikan dan dijadikan cagar budaya dengan alasan memelihara warisan nenek moyang agar anak cucu mengetahui dan masih bisa menyaksikan nilai peradaban leluhur kita. Dalam kisah di atas Nabi tidak melestarikan rumah ‘Uzza yang merupakan warisan nenek moyang Nabi sendiri namun Nabi malah memerintahkan untuk menghancurkannya dan meratakannya dengan tanah.

Kisah di atas menunjukkan bahwa jin itu bisa dibunuh oleh manusia dengan senjata tajam sebagaimana yang dilakukan oleh Khalid terhadap jin perempuan penunggu pohon ‘Uzza. Jika jin bisa terbunuh dengan pedang, apalagi jika dibunuh dengan menggunakan senjata api, pistol atau yang lainnya. Oleh karena itulah tidak benar pelajaran akidah yang diajarkan oleh televisi di negeri. Televisi mengajarkan bahwa jin adalah makhluk super sakti yang tidak bisa mati meski dengan AK 47 sekalipun. Ini adalah pelajaran akidah sesat yang diajarkan oleh televisi. Betapa banyak pemirsa yang menelan mentah-mentah akidah sesat ini. Sebuah akidah yang diajarkan oleh berbagai stasiun televisi di negeri kita.
Kisah di atas menunjukkan bahwa bentuk real dari ‘Uzza adalah pohon yang dikeramatkan. Bentuk mengeramatkannya adalah dengan membuat bangunan yang mengelilingi ketiga pohon keramat tersebut. Demikian pula, orang-orang Quraisy mengeramatkan dan memuja pohon tersebut dengan memberinya kelambu dan menghiasinya dengan berbagai tali dan kapas. (Fathul Majid li Syarh Kitab at Tauhid, jilid 1, hal 255-256).
Dengan demikian, tidaklah benar anggapan yang ada di benak banyak orang. Itulah anggapan bahwa ‘Uzza itu berbentuk patung. Oleh karena itu, berbagai pohon yang dipuja dan dikeramatkan oleh sebagian orang yang mengaku sebagai muslim pada hakikatnya adalah ‘Uzza-’Uzza zaman ini yang ada di sekeliling kita.
Kisah di atas menunjukkan bahwa adanya juru kunci untuk tempat-tempat yang dikeramatkan adalah sunah warisan jahiliah. Dalam kisah di atas termaktub bagi pohon keramat ‘Uzza itu memiliki beberapa juru kunci.
Seorang muslim yang baik seharusnya tidak memiliki rasa takut sedikit pun untuk menebang dan menghancurkan pohon keramat jika dia memiliki kekuasaan untuk menebang pohon keramat. Lihat bagaimana Khalid dengan gagah berani menebang dan menghancurkan pohon keramat ‘Uzza. Sehingga perasaan takut untuk menebang dan menghancurkan pohon kemusyrikan adalah suatu hal yang seharusnya tidak dimiliki oleh orang yang benar-benar beriman yang meneladani keimanan para sahabat. Allah pun telah mewajibkan kita dalam Al Quran untuk meneladani keimanan para sahabat Nabi radhiyallahu anhum. Kisah di atas adalah di antara contoh nyata keimanan para sahabat.

Adanya pohon yang dihuni oleh jin tertentu adalah suatu hal yang tidak kita ingkari sebagaimana ada jin perempuan yang menjadi penghuni pohon ‘Uzza. Namun tidak berarti kita memperlakukan secara khusus pohon semacam itu. Bahkan jika pohon tersebut pada akhirnya menjadi pohon sesembahan maka pohon tersebut seharusnya dihancurkan.
Sumber: Majalah Al-I’bar, Dinamika Dakwah, Edisi II
»»  Selengkapnya...

Kisah Qorun

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa.”

Qarun berasal dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Artinya dia berasal dari tengah-tengah masyarakat yang Nabi Musa diutus kepada mereka.
  1. Qarun bukan termasuk keluarga Musa. Karena keluarga Musa terdiri dari orang-orang yang beriman berkat dakwah dan risalah yang dia bawa. Karena ahlun tali (keluarga) tidak disandarkan pada kerabat yang tidak beriman.
  2. Bisa jadi Qarun adalah orang yang pada awalnya beriman dengan dakwah Nabi Musa. Ketika AllahSubhanahu wa Ta’ala membukakan baginya jalan untuk mendapatkan harta dan perbendaharaan-Nya dia lupa dengan seruan yang telah diserukan kepada dirinya karena sibuk dengan kekayaan yang ia miliki, dan kemudian dia berlaku sewenang-wenang pada kebenaran dan kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.”
  1. Allah telah membukakan untuk Qarun pintu-pintu kekayaan yang luar biasa; seperti emas, perak, dan berbagai macam barang tambang.
  2. Allah menguasakan padanya ilmu dan pengetahuan tentang cara mengumpulkan harta.
  3. Allah menguasakan padanya cara mengolah dan mengembangkan harta serta cara memelihara dan menjaganya.
  4. Qarun telah mempekerjakan sekelompok pembantu dan pengawal dalam menjaga harta dan kunci-kunci perbendaharaannya.
  5. Kezaliman Qarun telah melampaui batas. Dia telah menzalimi diri sendiri, kaumnya, dan angkuh terhadap mereka.
  6. Qarun memiliki sebab-sebab yang dapat menghantarkan dirinya pada kekayaan di bidang ekonomi hingga dia menjadi pemimpin yang agung. Sepadan dengan kepemimpinan Fir’aun dalam hal politik. Keduanya sama-sama memerankan monopoli pasar dan perdagangan. Memonopoli pemikiran dan akal masyarakat umum yang lugu; yang rela begitu saja dengan kondisi yang ada.
Firman Allah,
“(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
  1. Menunjukkan eksistensi para da’i yang mengingatkan Qarun kepada Allah. Mereka semua turut serta membantu Nabi Musa dan saudaranya Harun.
  2. Perkataan mereka, “Janganlah kamu terlalu bangga.” Artinya, jangan terlalu bangga yang berakibat pada keingkaran dan lupa akan hak-hak Allah. Kebanggaan yang berakibat pada kezaliman dan kesewenang-wenangan terhadap hamba; kebanggaan yang akan menyiksa dan menindas kaum fakir dan lemah.
  3. Kaum di sini adalah kaum yang telah beriman berkat dakwah Musa ‘alaihissalam. Mereka ingin sekali agar Qarun mendapatkan hidayah. Mereka tahu apa yang bakal menimpa Qarun jika dia tidak beriman. Mereka adalah kelompok orang beriman yang berbicara lantang dalam rangka merubah kondisi dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
  4. Di antara kaum tersebut terdapat orang-orang yang belum beriman. Kezaliman Qarun telah menjadikan mereka lemah secara materi, faqir, kelaparan, dan sakit. Kondisi tersebut merupakan akibat dari sikap Qarun yang memonopoli perekonomian mereka. Maka ketika mereka menyaksikan apa yang dikatakan orang-orang beriman terhadap Qarun, muncullah mental dan keberanian mereka untuk bergabung bersama kaum mukminin.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikamatan) dunaiwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
  1. Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya dapat membina para da’i kelas utama yang mewarisi dakwah. Mereka mengerjakan kewajiban dakwah mereka dengan metode yang baik dan penyampaian ringkas. Dialog mereka dengan Qarun adalah bukti terbaik akan hal ini.
  2. Peringatan bagi Qarun bahwa jika dia belum beriman, mendermakan hartanya untuk kemakmuran bumi, dan membantu orang-orang yang membutuhkan, maka pekerjaannya merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat kerusakan.
  3. Peringatan bagi Qarun agar dia seimbang dalam menginfakkan hartanya, dengan cara berbuat baik kepada manusia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berbuat baik kepadanya.
  4. Menurut sangkaan dan pandangan Qarun pekerjaan yang dia kerjakan merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat perbaikan. Tapi, di mata orang-orang  yang suka membuat perbaikan, pekerjaan Qarun adalah pekerjaan orang yang suka berbuat kerusakan. Maka jika dia meneruskan pekerjaannya akan berakibat kerusakan di muka bumi yang akan menimpa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati.
Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’.”
  1. Qarun sombong dengan dengan apa yang ia capai. Ia menyatakan hal itu semata-mata karena ilmu yang ada pada dirinya. Benarkah dia tidak pernah belajar ilmu tersebut pada seorang pun? Dia tidak mengakui hal itu. Dia mengaku bahwa “Harta dan perbendaharaan tersebut merupakan buah dari keseriusanku, kesungguhanku, dan kecerdasanku. Tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya.”
  2. Kecintaannya terhadap harta telah menyeretnya pada sikap mengesampingkan pikiran sehat dan tindakan yang benar.
  3. Qarun masuk dalam lingkaran orang yang kufur nikmat, ingkar, lagi membangkang.
  4. Kecintaannya pada dirinya, kseombongan, kebesaran di depan masyarakat yang hadir.
  5. Perkataannya bahwa ilmunya tidak bersandar pada seorang pun merupakan bukti dia sombong dan tidak menghargai orang lain.
  6. Kecintaannya terhadap popularitas dan kekuasaan mencegahnya untuk mengakui akan eksistensiilah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
  7. Karena dia telah berkeyakinan bahwa harta yang dia dapatkan adalah hasil dari ilmu yang dimilikinya, maka tidak ada seorang pun yang berhak atasnya. “Akulah yang paling berhak untuk menggunakannya sekehendak hatiku.” Sebagaimana perkataannya.
  8. “Karena ilmu yang ada padaku. Jadi, aku berhak untuk menjadikan manusia sebagai budak dan setiap yang ada pada mereka adalah berkat keutamaanku.”
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?
  1. Qarun mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang berilmu. Tapi dia lupa akan sejarah, lupa akan runtuhnya kezaliman dan thaghut, lupa apa yang telah berlaku bagi para pendahulunya, lupa tentang siksa yang menimpa mereka akibat kekafiran dan kedurhakaannya.
  2. Sebelum dia, ada orang yang lebih kuat dan lebih banyak anggota, harta, dan ilmu. Tapi adzab dan kebinasaan menimpa mereka karena mereka kafir.
  3. Ilmu dan harta bukan penghalang dari turunnya adzab dan kebinasaan. Tapi terkadang adzab turun karena penggunaan harta dan ilmu bagi orang kafir.
  4. Kecintaan Qarun terhadap harta telah menjadikannya mengesampingkan pikiran sehat dan mengambil pelajaran dari kehancuran umat-umat terdahulu akibat dari kekafiran dan kedurhakaan mereka.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.”
  1. Hal ini dilakukan Qarun untuk menutupi kelemahannya di hadapan para da’i. Dia ingin memperlihatkan kekayaannya kepada manusia. Oleh karena itu, dia keluar dengan kemegahannya; dengan emas dan perhiasannya guna menyihir mata dan hati orang-orang yang hadir. Orang-orang yang telah dikalahkan oleh harta dan akal mereka telah dirampas oleh harta.
  2. Menunjukkan kekuatan materi dan ekonomi. Menurutnya, dia dapat menundukkan para hadirin dan membujuk mereka, melemahkan semangat orang-orang yang menasihatinya.
  3. Sebagian besar dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam mempermainkan seruan Nabi Musa‘alaihissalam dan pengikutnya.
  4. Qarun menginginkan hati orang-orang yang mendukung Musa condong pada orang yang memusuhi sang nabi.
Firmah Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’.”
  1. Satu bagian terbesar masyarakat yang akan senantiasa ada di setiap zaman. Yaitu manusia yang berangan-angan agar memiliki apa yang dimiliki oleh orang-orang kaya berupa harta dari perbendaharaannya.
  2. Bagian masyarakat ini dapat dikenali dengan kondisi imannya yang lemah, mudah goyah, dan tidak teguh dalam menghadapi kesulitan.
  3. Selain itu mereka juga dijangkiti oleh sikap membebani diri dengan suatu hal yang diluar batas kemampuannya. Yaitu bersikukuh untuk mendapatkan bagian kekayaan  sebagaimana Qarun.
  4. Mereka merasa rendah diri karena kefakiran yang ada pada mereka atau karena lemahnya mereka di depan Qarun.
  5. Mungkin hal ini merupakan ujian dari Allah untuk menguji kaum mukminin dengan harta Qarun dan kemegahannya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahaal Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar’.”
  1. Bagian masyarakat yang lain adalah masyarakat yang sadar akan kebenaran dan hakikatnya. Dia tahu tentang hakikat dunia dan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang tahu tentang hati yang sakit yang tergantung pada cinta dunia.
  2. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada perbendaharaan dunia seluruhnya, bukan hanya lebih baik dari harta Qarun saja.
  3. Para da’i kaum Nabi Musa –setelah mereka menasihati Qarun– telah menunaikan kewajiban dakwah imani mereka. Menasihati mereka yang akal dan hatinya telah dikuasai oleh penampilan Qarun dan kemegahannya. Mengingatkan mereka akan urgensi Iman dan amal shaleh dalam meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
  4. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa sikap qona’ah merupakan obat terbaik untuk menyikapi kemegahan Qarun dan hartanya.
  5. Semoga peringatan ini semakin meminimalisir jumlah orang-orang yang terjerumus ke dalam perbuatan serupa yang dilakukan Qarun. Inilah perlunya para da’i bersandar pada penjelasan tentang urgensi amal shaleh di dunia dan di akhirat. Menggelitik sisi keimanan di hati sebagian kaum mukminin yang ternyata ia terlalu lemah dalam menghadapp gemerlap harta yang dimiliki Qarun.
Firman Allah,
Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
  1. Alam ini akan berjalan sesuai dengan sunah-sunah ilahiyah dan kauniyah Allah hingga hari kiamat.
  2. Terbenamnya Qarun beserta harta kekayaannya merupakan balasan dari amal perbuatannya yang jelek, serta balasan dari kezaliman, kecongkakan, kesombongan, dan keingkarannya terhadap Musa dan dakwah yang dia bawa.
  3. Penolong orang-orang yang melampaui batas ketika dia dalam keadaan lapang sangat banyak. Karena mereka adalah orang-orang yang berserikat untuk mendapatkan keuntungan. Tapi, jika sebuah urusan sudah berhubungan dengan akhirat maka tidak ada seorang pun kenal dengan yang lain. Tidakkah bisa Anda saksikan bersamaku, bahwa meskipun Qarun memiliki kekuatan dan kekayaan tidak ada seorang pun yang berani turun tangan untuk menolongnya dari adzab yang menimpanya, meskipun hanya dengan satu kalimat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. Berkata: “Aduahi, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melipahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)’.”
  1. Penjelasan tentang urgensi untuk saling mengingatkan pada keimanan. Peringatan tersebut dapat menyalakan kembali bara keimanan dalam hati saudara-saudaranya yang padam di saat mereka dilalaikan dan lupa oleh kemegahan Qarun. Mereka kemudian kembali kepada Allah setelah mereka menyaksikan dengan mata mereka sepak terjang dan akhir kehidupan Qarun. Mereka yakin bahwa Allah-lah yang melapangkan rezeki-Nya bagi siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada hubungannya dengan unsur keberuntungan, tapi murni menunjukkan bahwa harta bisa didapat dengan cara pengambilan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepadanya. Karena Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Maha Memberi dan Menahan rezeki. Dia memberi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menahan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya dalam rangka menguji mereka.
  2. Kesuksesan bagi orang-orang beriman dan kebinasaan bagi orang-orang yang zalim. Demikianlah kondisi mereka hingga hari kiamat kelak.
Sumber: Menjadikan Harta Lebih Berkah, ‘Aly bin Nayyif Asy-Syahud, Pustaka At-Tibyan, Cetakan:1: 2010
»»  Selengkapnya...