Rabu, 07 Maret 2012

Andai Aku Memiliki 100 Nyawa

KISAH ABDULLAH BIN KHUDZAFAH DAN RAJA ROMAWI
Ibnu Katsir dan lainnya meriwayatkan, Umar bin Khattab radhiyallahu'anhum. mengutus pasukan melawan Romawi. Ikut serta dalam pasukan ini, seorang sahabat muda bernama Abudullah bin Khudzafah radhiyallahu'anhum. Perang pun berkecamuk hebat. Kehebatannya menyisakan dercak kagum panglima Romawi atas keteguhan kaum Muslimin dan keberanian mereka menghadapi maut.
Kemudian raja Romawi memerintahkan agar pasukan Muslimin yang mereka tawan dihadapkan kepada mereka. Didatangkanlah di hadapannya, Abdullah bin Khudzafah radhiyallahu'anhum. Ia diseret dengan tangan yang dirantai dan kaki yang diikat.
Setelah berbincang-bincang dengannya, raja kagum atas kecerdasannya. Ia berkata kepada Abdullah, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” Abdullah radhiyallahu'anhum. menolaknya. Raja tetap menawarinya lagi, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberikan separo kekuasaanku.”
Namun Abdullah tetap tegas menolaknya. “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separo dari kekuasaanku dan kuikutsertakan kau dalam pemerintahanku,” desak raja. Abdullah berkata, “Demi Allah, andai saja engkau berikan seluruh kekuasaanmu dan kekuasaan nenek moyangmu kepadaku bahkan seluruh kekuasaan Arab dan Ajam (non Arab), aku tetap tak sudi untuk keluar dari Islam.” “Kalau begitu kamu akan kubunuh,” putus raja. “Bunuhlah,” jawab Abdullah.

Raja memerintahkan pasukannya agar menyalib Abdullah bin Khudzafah, lalu menyuruh pasukan pemanah untuk melepaskan anak panah ke tubuh Abdullah. Tetapi raja berpesan, jangan samapi anak panah itu mengenai tubuh Abdullah (hanya untuk menakut-nakuti, pent.). Saat anak-anak panah meluncur ke sekitar tubuhnya, raja tetap menawarinya untuk masuk ke agama Nasrani. Dan seperti sebelumnya, Abdullah radhiyallahu'anhum. menolak dengan tegas. Ia lebih memilih kematian.
Melihat ketegaran Abdullah, raja memerintahkan agar dia dikembalikan ke penjara. Kali ini, ia tidak diberi makan dan minum. Sampai ketika Abdullah radhiyallahu'anhum. hampir mati karena haus dan lapar, mereka memberinya arak dan daging babi. Melihat kedua hidangan ini Abdullah berkata, “Demi Allah, aku tahu arak dan daging babi ini sebenarnya halal bagiku. Tetapi aku tidak ingin orang-orang kafir itu bersorak gembira karenanya.” Hidangan itu tidak disentuhnya. Hal ini dilaporkan kepada raja.
Kemudian ia menyuruh agar dihadirkan seorang wanita penggoda di hadapan Abdullah. Masuklah wanita itu ke sel Abdullah radhiyallahu'anhum. Ia beraksi di muka Abdullah, meliuk-liukkan tubuh untuk menggodanya. Namun sedikit pun Abdullah radhiyallahu'anhum. tidak menoleh kepadanya. Mengetahui sikap Abdullah seperti itu, wanita tersebut keluar sel sambil menggerutu. Ia berkata kepada raja dan pasukannya, “Kalian telah menyuruhku menggoda seorang lelaki, yang aku tak tahu apakah ia seorang manusia atau seonggok batu. Demi Allah, dia tidak tahu apakah aku seorang perempuan atau lelaki.”
Akhirnya raja putus-asa membujuk Abdullah. Ia menyuruh pasukannya membuat tungku api dan memanaskan minyak hingga mendidih. Kemudian Abdullah bin Khudzafah diberdirikan menghadap minyak yang telah mendidih itu.
Sejurus, didatangkanlah seorang Muslim yang juga menjadi tawanan. Dengan kondisi badan terikat, ia diceburkan ke minyak mendidih tersebut hingga jasadnya lenyap ditelan didihan minyak. Tulang belulangnya berserakan menyembul ke atas permukaan minyak. Abdullah ra. menyaksikan sendiri pemandangan itu. Di saat seperti itu, kembali raja menyarankan Abdullah agar murtad. Namun ia tetap menolaknya.
Raja naik pitam dan segera memerintahkan agar Abdullah diceburkan ke tungku. Ketika ia digiring mendekati tungku dan merasakan panasnya api, air matanya meleleh. Abdullah menangis. Raja mengetahui hal tersebut bergembira (mengira Abdullah takut, pent.)
“Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” “Tidak,” jawab Abdullah. “Lalu mengapa kamu menangis?” tanya raja. “Aku menangis karena hanya memiliki satu nyawa, sehingga aku langsung mati ketika diceburkan ke tungku ini. Demi Allah, aku ingin memiliki seratus nyawa, yang semuanya kugunakan untuk mati di jalan Allah, seperti kematian yang akan aku hadapi ini.”
Raja berkata, “Ciumlah kepalaku, kau akan kubebaskan.” “Dan kau bebaskan pula seluruh kaum Muslimin yang kau tawan” tawar Abdullah. “Ya,” jawab raja. Abdullah lalu mencium kepala raja. Setelah itu, raja memutuskan untuk membebaskan seluruh kaum Muslimin yang ditawan.

Subhanallah !!! Bagaimana keadaan kita hari ini jika dibandingkan dengan keteguhan Abdullah seperti di atas?
Janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Sungguh naif. Sebagian kaum Muslimin hari ini rela menggadaikan diennya untuk mendapatkan harta atau memenuhi shahwatnya dan tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Selanjutnya mati secara su’ul khaatimah. Na’udzubillah.
 

[ Sumber : DR.Muhammad bin Adburrahman Al-Uraify, DR A'idh Abdullah Al-Qarni MA, Syaikh Muhammad bin Husain Ya'qub. Malam Pertama di Alam Kubur 2004. Solo : Aqwam. Hal 21-25 ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar